Santri Dominasi Penderita Maag

Santri Dominasi Penderita Maag


menjalani semua dengan keterpaksaan memang gak enak ya. Apalagi terpaksa harus mengidap penyakit maag yang menggangu dan menjengkelkan. Siapa sih yang mau jatuh sakit, kalau memnag benar-benar orang sehat dan berpikir pasti gak mau deh. Kalaupun ada yang pengin terkena penyakit paling juga orang yang sudah gila dan tak mau berusaha.


Awal aku terkena penyakit maag waktu aku tinggal di pesantren. Ya di tempat mencari dan mendalami ilmu inilah aku berkenalan dengan maag. Tak mau sih, tapi mau gimana lagi memang sudah begitu. Kalau dihitung dengan jari orang yang lagi baca tulisan ini mungkin tidak cukup, sangking banyaknya pengidap maag dipesantren karena memang gaya hidup yang kurang sehat. Dari jadwal makan saja sudah tak teratur, maklum harus jaga-jaga untuk kebutuhan lainnya, mana tau ada kebutuhan mendadak yang sangat penting. Bayangkan saja kebanyakan santri atau santriwati itu sarapan jam 10. bahkan ada yang tidak makan (ya iyalah kan memang lagi puasa,,, ehehehehehe). Dari sini saja sudah kelihatan kurang sehat, padahal mereka dituntut untuk bangun pagi-pagi banget dengan berbagai kegiatan yang melelahkan. Kalau cowok paling minum kopi dan merokok, ya itulah yang menjadi penghuni awal lambung masyarakat pesantren. Bagaimana tidak terjangkit maag. Bangun tidur langsung ngopi dan merokok. Ah sungguh ga sehat kan.
Setelah sarapan tidak tahu kapan mereka makan lagi. Ada yang sore, malam, bahkan tengah malam. Rata-rata dari mereka makan memang dua kali. Dua kali sudah cukup she menurutku, tapikan jarak antara sarapan dan makan penutupnya ga jelas dan ga teratur. Mau ga kena maag gimana, makannya aja ga teratur. Ini baru dari segi waktu makannya saja, ada lagi yaitu, jenis makannya. Kayaknya sudah menjadi rahasia umum deh kalau anak pesantren itu makan seadanya serta kurang menjaga kesehatan. Selain itu juga bagi para santri, pasti semuanya doyan rokok (meskipun ada sebagian yang mengharamkan). Tau sendiri kan kalau terlalu banyak zat gula lambung kita mudah terjangkit penyakit maag. Malah ada yang menghabiskan dua sampai tiga bungkus tiap harinya. Mau ga kena maag gimana, rokoknya aja kaya sepur. Bagi perokok pasti menilai kopi dengan minuman kesayangannya kan, ya memang rokok pasangannya ya kopi, apalagi kopi yang kenthel dan panas wah perokok pasti tergoda mencium baunya.
Aku sebagai santri di daerah terpencil nan dingin (maklum daerah pegunungan) tentu menjadi korban rokok dan kopi. Selain itu, aku juga termasuk orang yang tak punya jadwal untuk makan. Maklum uang suka habis duluan buat beli rokok, jadinya makan nunggu uluran orang lain deh, sungguh mengenaskan. Dengan kebiasaan para santri ditambah lagi aku setiap malam bergadang, tanpa menuggu waktu jadi deh maag menyertai lambungku. Waktu masih tinggal di pesantren tidak terasa menggangu. Tapi sekarang aku yang harus mencukupi kebutuhanku dengan bekerja yang harus banyak duduk melihat komputer serta harus menghadiri sekian banyak rapat. Ohhhhhhh,,,, no, sungguh maag itu menyiksaku. Hal ini membuatku tidak hanya diam untuk mengurus lambung ini. Dulu waktu di pesantren di pegunungan kan ku biarkan saja berlalu. Sekarang penyakit dan rasa sakit ini harus kutangani. Awal perkenalanku dengan promag, waktu itu aku sedang menikmati kopi bersama teman di warung kecil, pastinya sambil menghisap rokok (diriku memang terlalu susah berpisah dengan rokok). Tiba-tiba saja perutku mules dan maag itu kambuh. Berbeda dengan biasanya kali ini maagku menyerang lambungku dengan serangan bertubi-tubi sampai badanku capai menahannya. Karena tak kuat menahan, bibirku menyambut rasa sakit itu dengan meringis-ringis kaya orang nangis. Temanku yang duduk santai di sampingku bingung melihatku seperti orang kelaparan yang belum makan lima hari. Tanpa rasa sungkan temanku bertanya padaku “kenapa Bro, kayaknya ada yang beda deh”. Huh ga beda gimana, sakit ini sungguh melilit usus dan lambungku, dengan lirih dan mengiba aku pun menjawab “biasa maagku kambuh, biasanya sih sebantar aja, tapi kali ini kok ga lekas pulih ya” sambil meringis kesakitan. Ga tau apa yang dilakukannya tiba-tiba dia langsung membuka tas kecil yang selalu dibawa kemana dia pergi. Ga begitu lama akhirnya ketemu juga barang yang dicari-cari itu. Dia kasihkan ke aku obat tablet, dalam kemasannya terlulis promag mengobati sakit maag. Karena melihat obat yang dikasihkan hanya dipandangi saja maka dia pun memerintakan aku untuk meminumnya “cepet minum saja, belum kadaluarsa ko”. Aku memang tak biasa menkomsusi obat, makanya untuk minum obat tadi agak ragu. Karena desakan teman aku pun langsung meminumnya setelah minta satu gelas air putih pada pelayan warung itu.
Ga kusangka dan tak kuduga ternyata obat itu begitu manjur, dalam hitungan menit saja, perutku sudah merasa enakan lagi. Sungguh bagaikan keajaiban. Aku pun langsung berterimakasih pada temanku itu. Karenyalah aku terbebas dari sakit yang melilit. Inilah awal perkenalanku dengan promag. Setelah kejadian itu, pergi kemana saja pasti aku selalu membawa promag (takut tiba-tiba kambuh). Ya sekarang aku memang berbeda dengan aku yang dulu, yang biasa menahan sakit dan tak berusaha mengobati. Ternyata aku sekarang adalah penyuka obat dan tentu bahagia kalau tubuhku sehat. Oleh karena itulah promag selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi.

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pesona Hawa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger