Meski Tak Sahur, Jalan Jauh, Aku Tetap Puasa
Meski Tak Sahur, Jalan Jauh, Aku Tetap Puasa
Hari puasa ketiga kulalui dengan susah dan payah. Tidak susah bagaimana sejak persiapan pusanya saja aku kurang sempurna, gara-gara keasyikan baca tulisan teman dan penduduk kompasiana aku telat tidur. Padahal biasanya aku tidur jam 12 atau paling lambat jam satu, lha malam itu aku tidur jam dua kurang sepuluh menit. Mau makan atau sahur rasanya belum lapar, saelain itu mata juga terasa berat untuk dibuka. Dengan senang hati badan kubaringkan di petiduranku. Tidurku nyenyak layaknya tiga hari belum tidur, sampai-sampai aku harus bangun telat, tepatnya pukul 06.30 WIB shalat shubuh punsudah dimakan matahari apalagi sahur tentu sudah dibawa bulan.
Dengan senang hati aku lalui puasa layaknya seperti biasa. Meski cacing dan lambung berteriak minta jatah, tetap aku atak hiraukan sampai batas waktu yang ditentukan. Dan apesnya aku sudah punya janji dengan teman untuk pergi ke kota seberang guna menyelesaikan administrasi pengabdian masyarakat (kewajiban sks). Baru saja bangun temanku sudah datang kerumahku. Kusuruh masuk saja dia. Setelah kutinggal bersih diri, aku duduk di samping teman, ku tanyakan “bagaimana enaknya berangkat sekarang atau nanti siang”. Temanku dengan tangkas menjawab pertanyaan “sekarang aja mumpun masih pagi matahari masih bersahabat dengan kulit”. Aku pun mengiyakan, helm dan jaket pemberian sebuah bengkel bertuliskan Oli Top1 kukenakan. Layaknya pembalap sarung tanganpun tak luput dari genggamanku. Setelah dirasa cukup aku pun memacu sepeda motor ku dengan kencang, temanku yang belum biasa kubonceng merasa kuatir dengan gayakunaik motor (maklum dia kan memang jarang naik motor). Ku tarik gas sebisa mungkin, karena hari sudah cukup siang jalanan pun sudah ramai, mataku menatap sepedometer ternyata keceptan sepeda motorku berjalan 80 KM perjam.
Separuh perjalanan telah kutempuh dengan memakn waktu 1 jam, berarti untuk sampai pada tujuan masih kurang satu jam lagi. Dalam perjalanan aku merasakan kurang nyaman dengan sepeda motorku. Dalam diam aku berpikir ternyata benar sepeda motorku sudah waktunya diservis dan diganti olinya. Tanpa ambil pusing ketika ku jumpai bengkel yang tampak besar pun kusinggahi. Kuparkirkan sepedaku di dalam bengkel. Untungnya hari belum begitu siang jadi motorku langsung dikerjakan oleh mekanik yang masih diam menunggu pelanggannya datang. Tanpa lama dia tanyakan padaku “mau diapain mas” akupun langsung menyahut “servis dan ganti oli mas” semunya diam, kecuali terdengar suara knalpot yang mendengungkan mesin motornya. Akupun menambahi dan berpesan pada mekanik itu “oiya mas Olinya TOP1 ya” sambil membuka kunci dia menimpaliku dengan anggukan mantap dan acungan jempol tanda setuju.
30 menit aku habiskan di bengkel, temanku yang dari tadi membaca koran yang disediakan bengkel pun sudah merasa bosan. Akhirnya jadi deh, tanpa tawar-menawar ku bayar jasa servis dan oli tersebut pada kasir. Aku dan teman pun langsung melanjutkan perjalanan yang tadi tertunda. Sekarang sepeda motorku sudah terasa baru dan larinya merasa tak ada beban yang diangkutnya. Akhirnya sampai juga aku di tempat tujuan, ramah-tamah terjadi, meskipun tanpa ada minuman dan makanan kecil di meja suasana obrolan kita terasa renyah dan gurih. Selesai satu orang aku pun harus melanjutkan meminta izin kepada pemerintah setempat. Tujuanku langsug terarah ke rumah bapak kepala desa. Meski terasa capai aku harus tetap kuat untuk puasa meski semalem tak ada nasi atau air yang masik lewa mulutku.
Waktu sudah menunjukan pikul 14.00 WIB temanku mengajak untuk melaksnakan shalat dzhuhur terlebih dahulu, aku pun mengiyakan, tepat depan masjid yang terpampang namamya masjid nurul huda. Shalat jamaah pun terjadi, temanku berdiri di depanku sebagi imam aku dibelakang dan mengikuti gerakannya. Setelah shalat selesai badanku baringkan dan terasa enak dan nyaman sekali. Rasa capek pun sedikit berkurang, meski tenggorokan terasa kering sekali. Sangking enaknya aku dan temanku tertidur dan bangun pada pukul 16.00 WIB. Untungnya, sepeda motorku tergunci ganda, setelah kulihat ternyata aman, barang itu masih seperti apa adanya sebelum ditingal tidur. Dirasa sudah sore, maka diputuskan untuk shalat ashar di masjid tersebut, karena kalau langsung pulang bisa belum sampai rumah waktu ashar sudah habis. Shalat terjadi seperti halnya shalat dzhuhur.
Selesai shalat, aku dan temanku bergegas meninggalkan masjid dan kumasukan satu lembar uang kertas Rp. 2000 kedalam kotak amal. Kupacu sepedaku dengan kencang, berharap maghrib sudah sampai rumah. Perut dan mulut terus mendesakku untuk menarik gas sekuat-kuatnya. Pada akhirnya maghrib pun datang dan perjalanku masih kurang 10 KM, dengan terpaksa motor kujalankan dengan pelan, sambil lihat kanan kiri mencari warung untuk makan eh malah terlihat masjid yang ramai dengan jamaah yang sedang asyik bersantap buka bersama. Tanpa malu motor kuparkir depan masjid, temanku langsung mncari ta'mir dan meminta belas kasih dan nasi bungkus untuk kami berdua. Ternyata dewi fortuna berpihak pada kami, 2 kotak nasi dan 2 gelas air mineral dibawa temanku. Tanpa sabar kubuka air yang dibungkus plastik, kuteguk wah seger terasa di tenggorokan. Tanpa cuci tangan aku pun langsung membuka nasi dan menyendoksetiap nasi yang ada di depanku.
Habis sudah nasi dan air, meski mulut bel7m merasa puas. Dengan terpaksa aku diamkan saja, malu minta nasi lagi pada ta'mir. Padahal kami memakai baju layaknya orang perjalanan jauh bukan seperti kebanyakan orang yang memakai sarung dan berpeci. Para jamaah langsung masuk masjid untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah, berbeda dengan kami malah langsung punag menuju rumah karena cacing di perut masih butuh uluran tangan dan sendoku.
Sampai di rumah semua keluarga sudah selesai berbuka puasa. Ku ambil air es yang sudah tersedia di meja, tentu saja mempersilahkan teman untuk mengambil sendiri. Temanku tak ku izinkan pulang dulu sebelum menikmati maskan Ibu tercinta. Minum dan makan ronda kedua selesai. Tanpa mandi langsung saja kuantar temanku kerumanya. Aku berterima kasih pada tuhan yang masih menjaga imanku sehngga aku masih terjaga untuk terus melaksanakan puasa, padahal aku kan tidak sahur. Meski banyak godaan, aku tetap sabar lalui itu sekuat tenaga.
Post a Comment