Tarawih, Belum Mati Dapat Bidadari
Tarawih, Belum Mati Dapat Bidadari
Kami datang agak telat, semuanya tertinggal shalat Isya hanya tiga orang yang bisa mengikuti shalat isya dua rekaat bersama imam. Sedangkan aku bisa menjumpai satu rakaat terakhir shalat isya, tapi ga apalah yang penting masih bisa berjamaah. Lebih parah lagi Rosidi tertinggal semua rakaat imam, akhirnya ma’mum pada Shalat Aldi. Shalat selesai, ritualnya pun tak berbeda dengan masjid yang ada di Pesantren, setelah shalat membaca dzikir bersama-sama. Dari sini dapat di tebak ternyata masjid yang kita pakai sebagai safari ramadhan merupakan masjid yang toleransi pada budaya.
Wirid selesai dilanjutkan kultum yang diisi oleh imam shalat. Sayangnya, bagi kami , isi kultum bagaikan kultum yang ada di zaman Nabi Muhammad SAW (kurang aktual untuk sekarang). Bagaimana tidak ketinggalan zaman, pendekatan haram halal dan batal syah masih digunakan sang khotib tersebut. Tapi tak apalah, sebagai ma’mum dan pengikut tentu kita hanya bisa tinggal diam tanpa bicara. Paling Cuma bisa berucap hati, kultumnya cocok buat anak yang duduk di Sekolah Dasar.
Meski masih berbuntut dengan kesialan, akhirnya kita masih menemukan keberkahan malam ramadhan. Tau gak apa yang kita temukan. Ternyata kita mendapatkan bidadari cantik sebelum masuk surga. Karena masjid tidak memuat semua jamaah, maka jamaah putri diletakan di depan dan di samping masjid. Dan kami shalat tepat berada di samping sebelah kiri masjid. Jadi, ketika salam, shalat selesai kita menjumpai wajah-wajah nan cantik bagai bidadari duduk di samping kiri. Dan beruntungnya wanita-wanita cantik itu tidak hanya satu dua, tapi mayoritas perempuannnya enak dipandang mata. Setiap ada kesempatan dijamin semua mata kaum adam mengarahkan ke arah bidadari-bidadari cantik ini.
Post a Comment