KULTUM, SYARAT KYAI
KULTUM, SYARAT KYAI
Perjalanan safari pada malam ketiga ramadhan jatuh pada masjid mujahidin. Suasana masjid lumayan ramai, maklum terletak 500 meter masuk dari jalur utama kota Malang. Niat awal tujuan safari malam ini sebenarnya bukan masjid ini tapi karena terkendala oleh bujukan teman katanya milih yang lebih dekat dan coba-coba suara tarawih semalam yang singkat berasal dari masjid mujahidin.
Aku dan kelima temanku sudah
masuk ke dalam masjid, suasana tenang kurang kudapatkan dalam masjid ini, maklum masji ini meskipun terletak di perumahan tapi dekat dengan kampung, jadi banyak warga kampung yang berjamaah disitu. Shalat di mulai, imam shalat juga biasa aja, kecepatan shalatnya normal, suaranya juga tak begitu jelek dan tak juga merdu. Shalat isya berlalu begitu seperti biasa. Nah, waktu pengurus tamir menunjuk imam dan sang penceramah kultum malam itu, ternyata orang itu berasal dari madura yang sudah menetap di malang. Setelah membaca dzikir layaknya tradisi NU, kultum pun dilakukan. Ini shalat tarawihku pertamanya kultum dilakukan sebelum shalat tarawih. Padahal, Biasanya aku mendengarkan kultum setelah shalat witir atau tarawih. Nah waktu sang imam maju dan mulai membuka nasihatnya. Ternyata dai itu sangat kocak, kalau saya tebak mungkin waktu kuliah dulu ikut teater di kampusnya. Bagaimana tidak kocak waktu pembukaan saja katanya “saya ini bukan kyai. Kalau saya menjadi seharusnya mempunyai tiga syarat. Pertama, kyai harus punya pesantren tempat santri mengaji, kedua kyai harus punya masjid, dan yang ketiga kyai harus mempunyai istri lebih dari satu, fenomena yang ada kebanyakan kyai di jawa dan madura bersifat poligami”. Mendengar ceramahnya sontak para jamaah tertawa berkelakar. Suasana masjid pun tambah riuh. Karena setiap ucapannya selalu mengandung tawa. Misalnya saja dai itu membaca hadits yang diterjemahkan dengan bahasa madura. Meski terhibur dan mendapat nasihat tapi dalam hati semua rombongan kami merasa tak enak, karena kultum yang harusnya berlangsung 7 menit itu terlaksana memakan waktu samppai 30 menit. Tanpa malu-malu aku dan temanku pun pulang setelah tarawih delapan rakaat tanpa shalat witir terlebih dahulu. dan dengan tergesa-gesa aku melangkahkan kaki karena aku baru saja dapat sms dari temanku yang menggunakan nomer Telkomsel, katanya "cepat kita ditunggu".
Post a Comment