Wajib Shalat Gerhana Bulan, tapi Aku Melanggarnya

Wajib Shalat Gerhana Bulan, tapi Aku Melanggarnya


Sudah menjadi tradisi di pesantren kalau ada waktu-waktu istimewa maka dilakukan sebuah ritual. Ritual-ritualnya pun layaknya seperti biasa (standard muslim indonesia) kalau di sunatkan puasa ya menjalankan puasa seperti sebelum hari raya idul adha, dan puasa sunat yang lainnya. Tak hanya puasa shalat sunnat pun dilakukan. Maklum pesantren merupakan banteng terakhir perasaban islam, maka tak aneh kalau penduduk pesanten selalu melestarikan jaran-ajaran islam. Ibadah-ibadah yang sunat seperti puasa hari tarwiyah dan arafah, puasa tanggal 10 muharam, shalat sunat gerhana bulan dan matahari dan ibadah-ibaha sunat lainnya akan berubah menjadi wajib jika anda merupakan pondok pesantren kami. Jika tidak melaksankan maka mendapat dosa.


Malam hari ini gerhana bulan terjadi lagi, seprti shalat-shalat sunat yang lainnya maka seluruh santri wajib melaksnakannya, tak terkecuali aku. Pelaksanaan shalat gerhana yang agak berbeda dengan shalat sunat lainnya harus diperhatikan. Karena shalat sunnat gerhana dilakukan 2 rekaat dan setiap rakaat ada dua ruku’ maka shalat gerhana membaca 4 surat al-fatikhah.
Di pondokku ada seorang yang hafal quran maka dia yang kebagian menjadi imam dan khatibnya. Pengalaman shalat gerhana bulan yang kemarin yang terjadi pada pukul 02.00 WIB membuatku kapok dan agak sedikit jera. Maklum karena hafal quran maka yang dibaca surat albaqarah utuh tanpa pengurangan. Sebelumnya saya kasih tau dulu memanjngkan shalat gerhana memang disunatkan. Karena shalat dilakukan mulai awal gerhana dan kalau bisa berakhir sampai gerhana selesai. Tapi yang membuatku jera adalah pembacaan surat al-quran yang panjang yang membuat lamunan dan anganku terbang kemana-mana (maklum santri abangan). Pada waktu itu pokoknya kakiku capek dan pegel banget padahal gerhana bulan itu terjadi dini hari mata pun harus menahan kantuk yang teramat meski terkadang kantuknya lepas control.
Pada mala mini saya tak mau mengulangi kejadian waktu itu terjadi, saya tak mau mengotori ibdahku dengan mengumpat ustadz yang menjadi imam. Oleh kaeran saya pilih aman maka syaa mala mini tidak melakukannya, meskipun shalat itu diwajibkan.

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pesona Hawa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger