Macet Menjadi Langganan Bangsaku
Macet Menjadi Langganan Bangsaku
Pukul 06.55 jalanan sangat ramai apalagi jalan raya atau jalan utama, ya pada saat itulah berbondong-bondong pergi ketempat kerjanya masing-masing. Dari berbagai merek mobil semuanya ada, semua jenis sepeda motor pun ada, bahkan kendaraan yag tak bermesin, dan hanya satu dua saja yang memakai kendaraan ciptaan tuhan alias kedua kakinya. Begitulah hiruk pikuk di jalanan pada pagi buta. Ada yang pergi ke sekolahan untuk belajar maupun mengajar, ke kantor mengabdi atau memerintah dan tempat lainnya yang menjadi tujuan masng-masing setiap kendaraan yang melaju.
Suasana di kota industry memang seperti itu, kota yang t`k pernah mati, kota yang selalu saja ada mesin yang hidup. Dan parahnya, kemacetan selalu terjadi. Waktu yang paling sering terjadi kemacetan aalah pagi hari ketika manusia berangkat mencari nafkah dan sore hari saat mereka pulang menuju rumahnya tuk melepas lelah. Kemacetan-kemacetan yang terjadi lebih parahnya tidak dipedulikan oleh birokrasi yang bersangkutan.
Sebenarnya pangkal dari kemacetan tersebut adalah ketidak peduliannya lembaga bersangkutan serta kecerobohan para pengguna jalan. Hal ini bisa kita lihat dari minimnya rambu-rambu lalu lintas yang disediakan di setiap tempat yang menjadi titik temu dari berbagai arah, sepeti halnya pertigaan, perempatan, atau perlimaan. Selain minimnya fasilitas rambu, para pengguna juga masih memakai jalannya bagaikan jalannya sendiri tanpa peduli padda pengguna lainnya, dan yang lebih parah lagi mereka melanggar rambu-rambu yang ada.
Ya begitulah kondisi negaraku, setiap pagi dan sore di kota-kota besarr selalu aja terjadi kemacetan. Padahal kalau dikalkulasi macet sangat merugikan, saya ulangi sangat merugikan.
Post a Comment