Bisa Karena Biasa
Bisa Karena Biasa
Tak ada kata sulit untuk sebuah kebiasaan, kita lincah an tangkas karena sudah terbiasa. Bagi penulis bertugas sebagai motivator mungkin sangat susah, begitu juga bagi seorang motivator menjadi penulis pastinya sangatlah susah. Sebenarnya kadar mudah dan sulit itu tergantung frekuensi kita dalam melakukan sebuah kegiatan. Kalau para guru mengatakan mengajar adalah hal yang mudah itu wajar aja, karena mereka sudah terbiasa melakukan mengajar selama berulang-ulang. Tapi berbeda respon yang diberikan oleh guru baru, mereka pasti mengatakan mengajar adalah perkara yang susah dan butuh ketekunan.
Dalam tulis menulis juga berlaku hukum bisa karena biasa. Bagi mereka yang sudah biasa menul
is katakan saja seperti wartawan atau jasa pembuat skripsi, tentu mengatakan menulis adalah hal yang gampang. Hal ini wajar karena setiap hari mereka berhadapan dengan computer atau kertas dan pen. Kalau saja mereka tidak menulis tentunya anak an istri di rumah tidak bisa makan. Frekuensi menulis sangat dibutuhkan bagi kita yang ingin menjadi penulis hebat dan tangguh. Bagi para pemula mungkin bisa menulis satu halaman atau setengah halaman setiap harinya. Asalkan tidak memutus frekuensi berkarya kita atau tetap menjaga janji kita untuk menulis pasti kita bisa menjadi penulis handal. Dari sifat kontinuitas kita dalam menulis pasti juga akan meningkatkan kualitas dan kuntitas tulisan kita.
Menulis erat sekali dengan membaca. Mereka yang biasa nulis pasti juga banyak membaca. Dengan membaca maka otak kita akan terisi dengan memori ide-ide serta kosa kata dari buku yang kita baca. Maka tak wajar jika orang yang jarang membaca mengatakan menulis itu susah dan sulit. Sama halnya dengan menulis, dalam membaca pun kita butuh kontinuitas. Usul saya bagi yang belum terbiasa membaca, bacalah buku apapun selama 30 menit. Dari tiga pulu menit yang dilakukan setiap hari maka akan memperbanyak jaringan sel-sel otak kita dengan pemikiran-pemikiran orang lain.
Bagi para pemula yang masih sedikit bacaannnya, dia bisa menulis apa saja yang dirasakan, yang dilalui, yang diingiat, yang dibenci. Toh mereka sudah mempunyai modal untuk menulis. Mustahil orang tidak punya pengalaman atau perasaan. Dengan menuliskannya pada lembaran kertas atau layar computer sama halnya kita sedang curhat kepada orang lain, hanya saja respon aka nada jika tulisan kita dibaca oleh orang lain.
Membaca dan menulis tak bisa dipisahkan. Agar menulis dan membaa lebih melekat dalam kegiatan sehari-hari, maka jadikanlah kedunya sebagai candu dalam hidupmu. Layaknya rokok yang menjadikan candu bagi para perokok, mereka akan gelisah jika tidak merokok. Tentu saja jika menulis dan membaca sudah mencandu dalam diri, kita akan meresa gelisah jika sehari saja tidak menulis dan membaca.
Post a Comment